Cari di Sini

Selasa, 01 Maret 2011

Riset Buktikan Keladi Tikus Mujarab


Hidup dengan hanya sebuah kaki? Besok pagi dokter mengamputasi kaki kanan, persis di bawah lutut Kurnia Bhakti-bukan nama sebenarnya. Bocah periang berusia 10 tahun itu menitikkan air mata, tanpa isak, ketika mengetahui rencana itu.
Dokter di sebuah rumahsakit di Amsterdam, Belanda, akhirnya mengamputasi karena khawatir tumor otot metastasis akan menyebar ke organ lain.

Orang tua Kurnia setuju dengan keputusan dokter ahli untuk mengamputasi kaki. Sebab, benjolan di betis kanan terus membesar, seukuran bola pingpong. Tumor otot itu mula-mula hanya seukuran kelereng yang muncul saat Kurnia berusia 7 tahun. Pada awalnya, Kurnia tak merasakan sakit. Namun, seiring membesarnya benjolan hingga sebola pingpong, sulung 2 bersaudara itu merasa nyeri.

Terutama bila benjolan tersentuh atau tergesek sesuatu. Kedua orangtuanya bergegas membawa Kurnia ke sebuah rumahsakit di Jakarta Pusat. Ketika itulah dokte mendiagnosis tumor otot setelah memeriksa Kurnia. Pada 25 Desember 1997 ketika Kurnia berusia 9 tahsia 9 tahun, dokter mengangkat sel tumor itu. “Jika dibiarkan tumor akan berubah menjadi kanker sehingga harus dioperasi,” ujar dokter seperti ditirukan ibunda Kurnia.

Tiga Kali
Pascaoperasi makanan Kurnia sangat diperhatikan. Dokter melarang konsumsi makanan berlemak dan menganjurkan konsumsi jus. Kurnia mematuhi saran itu. Namun 4 bulan pascaoperasi, sel kanker tumbuh kembali. Itu yang mendorong orangtua Kurnia mencari kesembuhan ke Amsterdam, Belanda. Di sanalah dokter mengamputasi kaki kanan Kurnia.
Usai operasi Kurnia mengenakan kaki palsu untuk menopang tubuh.

Setahun-dua tahun memang tak bermasalah. Namun, 5 tahun setelah amputasi, ya ampun, tumor otot itu dating lagi. Lokasi munculnya tumor itu hanya beberapa sentimeter dari bekas amputasi. Berarti itu untuk ke-3 kalinya tumor bercokol di kaki kanan Kurnia setelah 2 kali dioperasi. Itulah sebabnya orangtua Kurnia tak mengunjungi dokter ahli atau rumahsakit, tetapi ke herbalis di Bandung, Jawa Barat.

Pengobat di Kota Kembang itu meresepkan kapsul ekstrak keladitikus. Kurnia disiplin mengkonsumsi 3 kapsul 2 kali sehari. Melihat perkembangan sel tumor yang kian hari makin mengecil, orangtua Kurnia takjub. Tiga bulan rutin mngkonsumsi kapsul keladitikus, tumor itu akhirnya hilang.

Kurnia memang belum memeriksakan ke laboratorium. Namun, hingga kini 5 tahun pascapengobatan herbal, benjolan dan nyeri tak pernah muncul. Kurnia, 20, kini bugar dan tengah belajar di Australia. Di sana ia tetap mengkonsumsi kapsul keladitikus untuk menjaga kesehatan.

Kurnia bukan satu-satunya yang merasakan khasiat keladitikus. Nurhasanah mula-mula mendapati benjolan seukuran telur puyuh di bahu kiri. Ukuran benjolan itu makin hari kian membesar sehingga merisaukannya.

Siswa kelas XI SMA Pancabakti, Pontianak, Kalimantan Barat, itu bergegas ke dokter. Usai menjalani pemeriksaan intensif, dokter mendiagnosis Nurhasanah positif menderita tumor getah bening. Solusinya satu: operasi.

Pada pertengahan 2008, ia mulai mengkonsumsi 2 kapsul keladitikus 3 kali sehari. “Pertama minum, saya kencing berkali-kali. Sakit juga semakin saya rasakan,” kata Nurhasanah.

Maria Margaretha Andjarwatik, herbalis di Jakarta Utara, mengatakan itu indikasi obat tengah bekerja. Persis dua bulan, benjolan itu hilang sama sekali. Bersamaan dengan itu, nyeri juga menghilang.

Menurut Lina Mardiana, herbalis di Pathuk, Yogyakarta, keladitikus juga digunakan untuk mengatasi beragam penyakit lain seperti diabetes mellitus dan hipertensi. Memang belum ada riset yang menguji keladitikus pada 2 penyakit itu. Lina mewarisi resep itu dari ibundanya yang berpraktek pada 1970.
(Majalah Trubus, Juni 2009)

Untuk mendapatkan kapsul keladitikus, hubungi 081288851177. Harga Rp 35.000 per botol isi 80 kapsul. Paket Hemat: Beli 10 Botol Hanya Rp 250.000. Hemat Rp 100.000.


ARTIKEL TERBARU
ARTIKEL TERBARU www.herbaljawa.biz

Tidak ada komentar:

Posting Komentar